Antara luahan Raja Ahmad Shahrir, 35, kepada Nurul Izzah, 33, adalah:
1 Januari:
"Take care sayang, sleep tight
Izzah, my Princess of the misty light;
New resolution, for the upcoming;
New year, new dawn, new beginning"
(Jaga diri sayang, tidur lena Izzah,
Puteriku dalam cahaya yang berkabus;
Azam baharu untuk tahun baharu;
Fajar baharu, permulaan baharu)
29 Disember:
"mulanya duka kini lara
teman tiada hanyalah sendu
bila rindu mula membara
itulah tanda cinta padu"
27 Disember:
"Almighty God, it is only to You I depend on to hear and answer my sincere and heartfelt prayers. Grant me this and I will be forever grateful"
(Tuhan yang Maha Kuasa, hanya kepada Engkaulah aku berserah untuk mendengar dan memakbulkan doa-doaku yang jujur dan tulus ikhlas. Makbulkan doaku dan aku akan bersyukur buat selama-lamanya)
27 Disember:
"Sesungguhnya kehidupan ini bukan mudah, kita sama-sama kuatkanlah iltizam untuk memperbaiki keadaan, Allah akan menghulurkan bantuan-Nya pada kita".
27 Disember:
"Turunkanlah kasih sayang pada hamba-Mu dan keluarga hamba-Mu ini, kuatkanlah ikatan kebahagiaan rumah tangga sehingga ke akhir hayat kami".
27 Disember:
"Lindungilah kami dari pengaruh syaitan yang direjam dan bantulah kami hamba-hamba-Mu agar memahami dan mendalami agama-Mu secara ikhlas".
27 Disember:
"God is Great, to Him we submit. Our lives, choices and feelings are of Your grace. Hear out your humble servant, let not she be disgraced"
(Tuhan Maha Besar, kepada-Nya kita berserah. Hidup, pilihan dan perasaan kami bergantung kepada sifat Maha Pemurah-Mu. Dengarlah rintihan hamba-Mu yang hina ini, jangan biarkan dia dimalukan).
19 Disember:
"Simbahan cahaya bulan mengembang,
Bayangan sebalik pokok gaharu,
Kalau bahaya menimpa abang,
Jagalah Harith, Safiyah semampu"
18 Disember:
"Bulan purnama menerangi malam yang dingin di Kerteh, tidak dapat mengubati rindu kepada isteri dan anak-anak"
9 Disember:
"Aku memohon pada-Mu agar hati yang keras menjadi lembut, dan perasaan kasih sayang, sikap toleransi, sabar menjadi lumrah kehidupan kami."
3 Disember:
"Lancang kuning lancang pusaka,
Nampak dari Tanjung Tuan,
Kalau kering laut Melaka,
Barulah saya lupakan puan".
29 November:
"Masuk hutan berburu musang,
Musang mati diselit seluar,
Macam mana hati tak bimbang,
Ayam di sangkar disambar ular".
29 November:
"Akar nibong meresap-resap,
Tanah Segambut dibawa perahu,
Kampung terbakar keluar asap,
Hati terbakar siapa yang tahu".
28 November:
"Mendoa mengenang arwah tok yan,
Bertongkat dagu membawa diri,
Mata mengantuk mahu dilayan,
Mengharap rindu si tuan puteri."
No comments:
Post a Comment